Friday, April 13, 2007
..........................................................................................................................................
Uti
Semalam saat perjalanan melintasi menteng menuju kuningan, tiba-tiba saja saya teringat Uti. Iya Uti, wanita yang menjadi ibu dari ibu saya.
Tiba-tiba saja kangen..kangen sekali, padahal beliau sudah meninggal saat saya masih kelas dua smp.
Saya biasa memanggilnya Uti. Tidak peduli meskipun sepupu-sepupu saya memanggil baliau dengan lengkap, " Mbah Putri" plus selalu memakai bahasa jawa krama inggil kalau lagi ngobrol dengannya. Sedangkan saya, mungkin karena blasteran jawa - madura, cukup memanggil nya Uti, dengan bahasa jawa biasa. Alasan lainnya mungkin karena adalah cucu nya yang terdekat, sehingga kami bisa lebih akrab. Sedangkan cucu yang lain ada di luar kota.
Rumah Uti merupakan rumah kedua bagi saya. Karena setiap pulang sekolah saya selau pulang ke rumah Uti, berangkat ngaji dan les dari rumah Uti, baru setelah ngaji pulang ke rumah.
Ti, aku kangen.
Kangen saat-saat sebelum tidur disampingmu, sambil didongengi cerita jaman mudamu dulu, saat masih penjajahan Jepang. Uti selalu ingat, bagaimana beliau dididik dengan keras oleh ayahnya, beliau juga ingat bagaimana takutnya saat berlindung di ruangan bawah tanah saat Jepang menyerbu desa di Tulungagung sana.
Saya juga kangen saat tidur di pangkuanmu sambil cerita apa saja yang terjadi sepanjang hari itu.
Ti, aku kangen
Kangen dipanggil "Ngger". Kangen ditunggu di teras rumah saat pulang sekolah. Kangen "diselamatkan" dari kemarahan ibu kalo saya lagi bandel. Kangen sop & soto ayam yang rasanya enak banget (bukan cuma saya yang bilang gini, tapi semua sepupu selalu minta dibuatin soto ayam kalau lagi mudik).
ah,, kangen semuanya..
Saya ingat dulu saat saya masih kelas nol kecil. Biasanya setiap hari Bapak selalu menjemput saya pulang sekolah. Tapi hari itu, mungkin Bapak sedang ada rapat atau apa, saya nggak dijemput. Atau lebih tepatnya terlambat dijemput. Sampai jam 11 lebih saya masih berdiri di halaman sekolah menunggu. Nggak tau mesti pulang kemana. Mau naek becak sendiri juga nggak tau, apa nama daerah rumah Uti..anak kecil gituh..hehehhehe..
Dan, tiba-tiba Uti datang jadi penyelamat. Beliau tergopo-gopoh dan kawatir sekali kelihatannya. Beliau datang menjemput saya, karena hari sudah siang tapi saya belum pulang juga.. Ya ampun Ti,,untung aja Uti datang, kalau nggak, mungkin saya sudah keliling kota naek becak tanpa tau tujuan.hehehe.
Dan Uti selalu menemani saya sampai saya beranjak SD lalu SMP. Beliau tetap sama, selalu menunggu saya di teras depan rumah setiap siang. Kalaupun saat saya pulang sekolah Uti tidak ada di teras, setelah membuka pintu untuk saya, beliau pasti ngomong "oalah ngger, kok suwe? Uti sektas ae mlebu omah ket mau ngenteni". Setelah itu , beliau pasti menyuruh saya cuci tangan dan kaki, lalu menemani saya makan siang. Bukan hanya itu, setiap sore Uti selalu tanya, "Ngger, sesuk pingin maem apa?".. wawawaa, apa yang beliau masak selalu disesuaikan dengan keinginan saya.Subhanallah, cintanya tulus tanpa balas...
Saat libur sekolah pun, saya habiskan dengan Uti. Jalan-jalan pagi setelah sholat subuh yang dilanjutkan dengan belanja. Pulang dari jalan-jalan kami sudah membawa sayuran, susu sapi segar, dan koran buat kakung.
Saya ingat, sebulan sebelum beliau meninggal, beliau minta Bapak untuk mengantarnya ke rumah semua anaknya. Ke Jember, Surabaya, Gresik dan Trenggalek. Ngotot sekali, meski kami yang muda sudah memberi tahu, bahwa anaknya yang akan datang, beliau tetap pingin pergi. Kami todak sadar, mungkin beliau berpamitan..
Sekarang tujuh tahun sudah beliau pergi, ya Allah, ampunilah dosa beliau, dan berilah tempat yang nyaman di sisiMu..
Labels: family, freewriting
posted by nina
||12:34 PM ||
|
Tuesday, April 10, 2007
..........................................................................................................................................
Wedding Invitation
aih,, kurang 17 hari saya melepas masa lajang. itu juga yang membuat blog ini ga terurus, dan diisi ala kadarnya,, prends, for d invitation pls click http://keluargamurdani.com
****************** dan siang ini saya mendapat kiriman satu pic jaman masih muda dulu dari si peetluv diiringi komentar yang membuat saya sedikit termehek-mehek.. ehehehe
Pipit: aku karo aris nostalgia Pipit: ndelok foto2 zaman dulu Pipit: lha kok cepet... Pipit: ngerti2 kowe arep rabi Pipit: ahh waktu Pipit: tak pernah bisa kupegang buntutmu anina: anina: iyohh anina: wes tuwek awak pit Pipit: selalu seperti baru kemarin anina: iyohh
hmm.. selalu saja seperti kemarin, perasaan baru beberapa minggu lalu saya dianter Bapak berangkat sekolah, dijemput pulang ngaji di masjid at-taqwa..
ga terasa ya, i'll go to the new chapter of my life menyempurnakan separuh agama sambil menunggu mati. iya mati.. siklus manusia cuman tiga chapter saja kan.. lahir, menikah, dan mati..
Mohon do'a restunya ya
posted by nina
||12:32 PM ||
|
Monday, April 02, 2007
..........................................................................................................................................
Wikend bareng Syahmedi Dean
Dua hari weekend kemaren saya habiskan dengan melahap buku-buku karangan Syahmedi Dean. Sebuah tetralogi metropop yang terdiri dari buku berjudul : Lontong Sayur Dalam Lembaran Fashion [ LSDLF], Jakarta-Paris Via French Kiss [ JPVFK], dan Pengantin Gypsi Dan Penipu Cinta [ PGDPC]. Yang sudah saya baca adalah JPVFK dan PGDPC, buku pertama belum terbaca, buku terakhir juga belum terbit
Metropop ini menceritakan empat sahabat ; Alif, Didi, Raisa, dan Nisa yang berprofesi sebagai wartawan majalah lifestyle dengan posisi Fashion Editor.
Tentang Alif yang belum bisa melupakan Saidah mantan istrinya dan lika-likunya bertemu Lily, anak Edna (staff nya yang pernah terlibat affair dengannya); Didi, Fashion Editor bencis yang gay; Raisa yang cinta pada sahabatnya sendiri, Alif; dan Nisa yang tergila-gila pada frenchkiss, bahkan sampai melupakan keselamatannya sendiri demi Gavin, cowok Prancis yang menurutnya adalah seorang goodkisser.
Overall, ceritanya bagus, mengalir.
Sayangnya begitu banyak merek-merek dunia semacam Chanel, Manolo Blahnik, LoisVuitton, dan lainnya yang mejeng di dalam metropop ini. Orang-orang fashion yang digambarkan sangat mahal. From up to toe bernilai jutaan karena merek-merek yang menempel tubuhnya. Sehingga kadang saya pikir ceritanya ga down to earth.
But, cukup menarik untuk killing time saat weekend Labels: review
posted by nina
||8:10 AM ||
|
|