Pagi tadi, sejak subuh jakarta sudah turun hujan. Jam 7 pagi saya masih di dalam taksi yang membawa saya ke pulang ke kos setelah semalam tidur berpelukan berdua bareng indri. Diluar kendaraan sudah ramai, begitu juga orang berangkat kerja, meskipun hujan deras mengguyur Jakarta. Laki-laki dan perempuan berjalan tergesa-gesa menembus hujan dengan payung di tangan.
Sepi di dalam sini,
Sekilas saya mikir, perempuan sekarang kayaknya memang harus kerja. Meskipun cuma buat beli bedak * lho*.. tapi begitulah. Ya daripada bengong sendirian dirumah * yang ahirnya jadi presenter gosip*, mending kerja. Lebih bisa mengaktualisasikan diri..
Tapi begitu wanita bekerja, muncul masalah lain. Yang ga bisa ngurus rumah lah, ga becus ngurus anak, yang paling parah merasa dirinya sudah hebat dan meremehkan laki-laki. Iya laki-laki, entah pacar, suami, ayah, atau kakaknya.
Kadang susah jadi wanita. tiap tingkah laku harus ditata sedemikian rupa..
Wanita ateges wani ditata, dan juga wani nata.
Dalam pemaknaan yang pertama sosok wanita pandai-pandai membawa diri, berani mawas diri, mau diitik, bersikap ilmiah dan tidak emosional, bersedia diatur, tunduk dan patuk pada pertauran ataupun tata nilai yang benar.
Selain itu ada juga Quote from my ispiring man,
"menjadi wanita itu harus pinter dan bisa menghargai laki-laki"
simple not stupid words.
iya, itu harus bisa menghargai suami, apapun keadaannya. Pinter punjul langit tapi tidak bisa menghargai suami itu percuma. Mungkin pada awalnya laki-laki bisa nerimo dan mengalah, tapi suatu saat saya yakin dia pasti berontak jika sisi hidupnya dilecehkan.
Menjadi wanita juga harus siap mengalah untuk laki-laki. Meskipun emansipasi didengungkan dimana-mana, saya pikir memang sudah kondrat bahwa laki-laki adalah diatas wanita, bukan sebaliknya. Karena masing-masing mempunyai fungsi dan peran yang berlainan, meskipun keduanya memiliki martabat yang sama.
Kadang sulit, apalagi jika sudah bersuami. Menjadi isteri, selain harus bisa mengalah dan menghargai suami, istri harus bisa mikul nduwur mendem jero. Yang mungkin bisa diartikan, memperlihatkan yang baik dan menyimpan yang buruk. Tentu bukan hanya disimpan saja , tapi sebisa mungkin diperbaiki agar bisa ditampakkan keluar.
well, saatnya intropeksi, sudahkah kita menghargai laki-laki di sekeliling kita?ayah, adik, kakak, pacar, suami?
Jika belum, mari belajar menghargai. Hilangkan ke-aku-an kita sebagai wanita. Kurangi bendera egoisme "aku harus menang, kamu harus ngalah" dari sisi hidup kita, dan cobalah memposisikan diri sebagai laki-laki jika pingin tau rasanya ga dihargai..
keep on moving saja, ingatlah wahai wanitah..
dibelakang laki-laki hebat pasti ada perempuan hebat..
Labels: freewriting, imho